Yes, I Like Monday!

Oleh Nanang Suryana | Selasa, Desember 13, 2005 | | 1 Komentar »


Kecuali robot, hampir setiap karyawan pernah punya masalah jenuh bekerja. Tak peduli bos maupun karyawan biasa. Jika Anda termasuk salah satunya, don wori, bi api.


Anda bisa menyelesaikan masalah itu asal mau melakukan sesuatu yang tak bisa dilakukan robot: mengubah pola pikir!


Kujemu dengan hidupku ... Kerja keras bagai kuda, dicambuk dan didera ...


Ulung dan Yuni, sepasang sohib karib yang bekerja di sebuah industri kimia, suka menyanyikan lagu Koes Plus ini bareng-bareng di tahun 2001. Waktu itu mereka sama-sama jenuh setelah bekerja selama dua tahun. Keduanya jemu dengan hidup mereka yang tak beranjak dari mes ke pabrik. Berangkat kerja saat Matahari baru terbit, lalu seharian berurusan dengan mesin dan bahan-nahan kimia. Pulang kerja menjelang Matahari terbenam, masuk mes, nonton teve, tidur. Esoknya bangun, kerja lagi, dan begitu seterusnya siklus hidup mereka.


Di akhir tahun, Ulung mengundurkan diri karena merasa tak sanggup lagi bertahan. Sementara sahabat karibnya memilih tetap di tempat. Tiga bulan setelah keluar, Ulung mengirim pesan pendek kepada sohib-nya, "Secapek-capeknya kerja di pabrik, masih lebih enak daripada jadi pengangguran."


Sementara itu Yuni mengubah irama hidupnya. Ia minta kepada bosnya untuk pindah ke posisi baru di level yang sama. Tiap minggu, ia kursus bahasa Inggris. Ia juga banyak membaca buku psikologi pengembangan diri sampai buku-buku keagamaan.


Dua tahun kemudian mereka bertemu lagi. Ulung bekerja di pabrik lain dengan pola pikir lama. Sementara Yuni telah banyak berubah. Dua bulan sebelumnya, ia dinobatkan sebagai karyawan terbaik, diangkat menjadi manajer, mendapat banyak fasilitas jabatan bahkan sudah punya rumah dan ... pacar baru!


Jangan diam di tempat

Masalah jenuh bekerja bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. "Itu manusiawi. Saya pun pernah mengalaminya," kata Sylvina Savitri, psikolog pada lembaga konsultasi SDM Experd.

Meski wajar, bukan berarti kita punya alasan untuk membiarlan masalah ini. Jika dibiarkan berlarut, problem ini bisa menimbulkan masalah baru yang lebih serius: prestasi kerja buruk, mendapat surat peringatan, bahkan hingga didepak dari pekerjaan.


Rasa jenuh muncul salah satu penyebab utamanya karena kondisi kerja yang monoton sepanjang waktu. Secara mental, manusia terus berkembang, tak peduli berapa pun usianya. Di setiap tahap perkembangan itu, ia butuh stimulasi. Jenuh itu pertanda orang memerlukan stimulasi baru.


Pada masa kanak-kanak, stimulasi bisa berupa boneka atau mainan lain. Pada orang dewasa, stimulasinya berupa tantangan kerja atau pengetahuan baru. Ambang batas kejenuhan bisa berbeda-beda antarindividu. Orang-orang tipe tertentu cepat jenuh dengan sesuatu yang monoton dalam hitungan bulan. Sementara orang lain bisa bertahan dalam hitungan tahun. Ini serupa dengan anak-anak tertentu yang cepat bosan dengan mainan lama.


Jika fase bermain sudah lewat, seorang anak tak lagi tertarik dengan Teletubbies atau mobil mobilan. Begitu pula orang dewasa. Jika setiap hari harus berhadapan dengan "mainan" yang sama dan situasi yang monoton, ia gampang merasa jemu. Apalagi jika ia telah melakukannya selama bertahun-tahun.


Agar tak mengalami kejenuhan, Anda harus menerima tantangan kerja baru atau hal-hal baru lainnya. Ini salah satu kebutuhan dasar setiap orang, karena otak kita tidak dirancang untuk mandek di satu tempat, melainkan terus-menerus belajar tentang hal-hal baru.


Idealnya, setiap orang bekerja di tempat yang memungkinkan ia bisa terus bertemu dan belajar hal baru. Dengan adanya variasi, otak akan terus-menerus terstimulasi sehingga tak gampang jenuh. Lebih ideal lagi jika setiap orang bekerja di bidang yang memang sesuai dengan karakter, minat, dan bakatnya. Jika senang bicara dan bergaul, sebaiknya Anda bekerja di bidang yang memungkinkan banyak bertemu orang lain.


Namun dalam kenyataan, kondisi ideal ini sulit dicapai. Banyak orang bertipe ekstrover (antara lain suka bergaul) memperoleh pekerjaan yang mengharuskannya berkutat sepanjang hari dengan mesin-mesin industri. Jika tak pinter-pinter menyiasati, ia gampang dihinggapi rasa jemu.


Untuk mengakalinya, "Orang seperti itu harus pandai-pandai mencari hal baru di luar pekerjaannya. Kalau libur Sabtu - Minggu, jangan diam di rumah aja," saran Sylvina. Jadi, harus ada keseimbangan antara urusan kerja dan aktivitas di luar kerja.


Secara psikologis, masa libur bisa menjadi penyeimbang atas rutinitas monoton di kantor. Bentuk kegiatan pengisi liburan boleh berupa apa saja sesuai hobi: olahraga, menonton film, rekreasi, kegiatan sosial, memancing, atau bahkan sekadar jalan-jalan ke mal. Jika kejenuhan sudah sampai tahap kritis, ia bisa mengambil cuti selama beberapa hari untuk berlibur. Saat berlibur, pikiran tentang urusan kerja harus disimpan di laci.


Menurut Sylvina, jika masa liburan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan di luar urusan kerja, kejenuhan pada minggu sebelumnya bisa terakumulasi pada minggu berikutnya. Saat Senin tiba, ia malah akan lebih merasa berat berangkat ke kantor. "I hate Monday!" kata orang Inggris.


Pola pikir baru

Untuk mengubahnya menjadi "I like Monday!", banyak yang bisa Anda tempuh. Jika memungkinkan, Anda bisa tegas minta tantangan dan tugas baru kepada bos.

Jika hal ini sulit dilakukan, setidaknya Anda bisa menciptakan suasana baru di tempat kerja. Bentuknya bisa bermacam-macam mulai dari yang paling sederhana sampai yang sangat ekstrem.


Yang sederhana misalnya mengubah tata letak komputer dan meja kerja, rak buku, pot tanaman, foto pajangan, hingga wallpaper di monitor komputer. Jika perlu, ubah-ubah potongan rambut atau penampilan dan gaya Anda berpakaian. Meski tampak sepele, perubahan-perubahan kecil ini akan mempengaruhi mood. "Segala hal sebetulnya berpengaruh terhadap kita. Meja teman kita pun berpengaruh," tandas Sylvina.


Supaya efek perubahan itu nyata, Anda per1u mengimbanginya dengan perubahan bahasa tubuh. Dalam tinjauan psikologi, bahasa tubuh dan suasana hati saling mempengaruhi. Seorang karyawan yang sedang jenuh bekerja biasanya cenderung duduk tidak tegap dengan posisi tulang belakang bengkok, air muka tak bersemangat, dan tampak lemas.


Hubungan itu bersifat timbal balik. Di dalam bahasa tubuh yang sehat, terdapat pikiran yang sehat. Artinya, Anda bisa mengubah suasana hati dengan cara mengubah bahasa tubuh. "Kalau mood kita sedang enggak enak, senyum aja ke orang lain," kata Sylvina memberi contoh. Secara langsung ini akan mempengaruhi suasana hati Anda ke arah yang lebih positif.


Jika posisi duduk sudah mulai doyong, itu pertanda Anda harus menegakkan kembali tulang punggung. Selanjutnya, berusahalah menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin. Jika hasil kerja buruk, Anda tak beroleh kepuasan kerja dan makin terbebani dengan tugas kantor. Itu berarti Anda lebih rentan mengalami kebosanan kerja.


Setelah mengubah penampilan luar, langkah berikutnya mengubah "penampilan" dalam, yaitu pola pikir seperti yang dilakukan Yuni. Faktor kognitif ini tak kalah penting dibandingkan dengan perubahan tampilan fisik.


Jika berpikir negatif dan beranggapan bahwa pekerjaan Anda membosankan, maka Anda pun akan gampang bosan sungguhan. Sebaliknya, jika berpikir bahwa pekerjaan Anda menyenangkan, maka Anda akan betul-betul menikmati pekerjaan itu. Meskipun mungkin sulit, secara bertahap Anda bisa belajar mencintai pekerjaan. Anda bisa mulai dengan cara mencari sisi-sisi positif dan pekerjaan.


Seorang akuntan yang pekerjaannya monoton dan tiap hari berurusan dengan angka-angka pun bisa menemukan banyak sisi positif. Misalnya, dengan pekerjaannya itu, ia bisa menyelamatkan uang perusahaan atau bahkan uang negara. Semua pekerjaan punya sisi positif, bahkan termasuk satpam atau buruh pabrik sekalipun. Dengan bekerja, paling tidak kita bisa berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Dengan bekerja, kita bisa berkarya, sekecjl apa pun.


jika pola pikir sudah diubah, bahasa tubuh pun otomatis akan mengikuti. Sehingga, ketika Anda duduk tegak dan tersenyum kepada rekan kerja atau bos, bahasa tubuh dan senyuman Anda memang benar-benar keluar dari hati. Bukan sekadar bermanis muka.


Ciptakan suasana nyaman

Secara alamiah manusia suka berada di dalam kondisi yang nyaman. Ia bosan dengan sesuatu yang menyenangkan. Suasana nyaman bisa didapatkan dengan menciptakan kondisi kerja yang gue banget.

Jika Anda suka musik, manfaatkan kegemaran ini. Musik, kata Sylvina, punya pengaruh positif bagi penikmatnya terhadap ambang batas kejenuhan. Telinga merupakan pintu masuk yang baik bagi rangsangan energi. Semangat Anda bisa terus menyala jika mendengarkan "suara bergizi" yang bisa menjadi tonikum penjaga stamina kerja.


Menurut Sylvina, orang-orang yang bekerja di tempat kedap suara memiliki ambang batas jenuh yang lebih rendah. Artinya, mereka lebih gampang lelah dan bosan dengan kerja. "Kalau ada bos atau sekretaris yang minta ruangan kedap suara, itu keliru. Suasana seperti itu malah bikin cepet capek," katanya.


Jika Anda penggemar musik klasik, Anda beruntung. Musik klasik terbukti menunjukkan pengaruh paling bagus terhadap kesiagaan pikiran di antara jenis-jenis musik lainnya. Kalaupun bukan penggemar musik klasik, Anda tetap beruntung sebab "suara bergizi" bisa juga berasal dari musik jenis lain. Untuk melihat jenis musik yang paling nyaman buat Anda, tentu tak ada yang lebih tahu kecuali Anda sendiri.


"Suara bergizi" bukan cuma musik, tetapi juga humor atau obrolan ringan rekan kerja di meja sebelah. Jika Anda bukan pencipta humor yang baik, paling tidak carilah kawan yang humoris. Lebih bagus lagi, jika dia juga bisa menjadi tempat curhat sekaligus tempat belajar. Apalagi jika dia mau menjadi pacar. Amboi! Anda dijamin tak bakal jenuh bekerja.


Selain cara-cara di atas, Anda pun bisa mengatasi kejenuhan kerja dengan cara belajar dari rekan sekantor yang semangat kerjanya tak pernah kendur. Aturannya sederhana dan klise: kalau teman Anda bisa, Anda pun bisa.


Saran terakhir, jaga kesehatan. Ini bukan iklan suplemen multivitamin. Kesehatan tubuh adalah salah satu faktor yang menentukan ambang batas kejenuhan kerja. Mereka yang stamina fisiknya kuat punya risiko lebih kecil terhadap kejenuhan. Dalam kaitan inilah, olahraga punya dua fungsi: rekreasi sekaligus penyehat badan.


Pendek kata, ada banyak hal yang bisa membuat kita jenuh bekerja, tapi ada lebih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Jadilah Yuni dan jangan contoh Ulung yang tidak sehebat namanya! *

Artikel Terkait:

1 Komentar

  1. danan wahyu sumirat // 8:02 AM  

    heheheh jadi gatel pengen komen, ini pengalaman pribadi ya.. jujur ketika kita bekerja yg "itu2 saja" dengan rentang waktu yg lama akan menimbulkan kejenuhaan. tapi solusi pribadi saya , biasanya untuk mencari keseimbangan dalam hidup biasanya di antara waktu luang (bekerja) menjalankan beberapa hobi. mungkin untuk beberapa org hobi yg saya kerjakan buang2 waktu atau uang. tapi jujur dengan melakukan "pelarian" hidup menjadi lebih seimbang. dan satu lagi ketika hobi mencapai pencapain "maksimal" seperti dpt penghrgaan atau materi, dijamin ga bakal jenuh....

Posting Komentar

Silahkan isi komentar. Saya akan berusaha berkunjung balik ke blog/website Anda yang telah berkomentar.

Jika Anda merasa postingan blog ini bermanfaat, Anda bisa berlangganan melalui email tentang update terbaru.