Socrates mengatakan bahwa kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh 1 persen kecerdasan dan 99 persen kerja keras. Ketika dilahirkan, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tergantung dari faktor genetiknya. Namun seiring pertumbuhannya, faktor nutrisi dan lingkungan akan lebih mendominasi ketimbang faktor genetik. Kuncinya adalah stimulasi atau rangsangan.
Kecerdasan itu butuh rangsangan, dan ketika masih anak-anak rangsangan yang paling baik untuk kecerdasannya adalah melalui bermain dan perhatian. Kecerdasan seseorang bisa dilihat dari banyaknya cabang-cabang dendrit yang terhubung antar sel-sel otak. Sedangkan jika dilihat dari struktur otak luar, maka semakin banyak lekuk-lekuk pada otak, semakin cerdas seorang anak.
Tapi yang harus diwaspadai orang tua adalah ketika anak masuk masa remaja karena ketika remaja terjadi peningkatan hormon-hormon yang akan mempengaruhi sistem sarafnya. Jika remaja tidak bisa mengatasi perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, maka ia bisa mengalami gangguan saraf dan otak.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan 1,8 persen dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, terutama membaca. Sebanyak 20 persennya disebutkan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat. Oleh karena itu, untuk menghindari gangguan fungsi saraf dan mencerdaskan anak, harus diberi rangsangan sejak dini yang disesuaikan dengan umurnya.imuasi
Tips menstimulasi kemampuan otak anak di setiap tahap tumbuh kembangnya.
Usia 0-3 bulan:
1. Berikan rasa aman dengan pelukan, menggendong, menatap, mengajak tersenyum
2. Stimulasi pendengaran dengan membunyikan suara
3. Stimulasi penglihatan dengan menggerakkan benda berwarna mencolok
4. Stimulasi gerakan motorik dengan menggulingkan badan bayi ke kanan dan kiri, tengkurap, telentang.
Usia 3-6 bulan:
Bermain cilukba, ajarkan melihat wajah bayi di cermin, dirangsang duduk
Usia 6-9 bulan:
Ajarkan panggil nama, salaman, tepuk tangan, baca dongeng, rangsang berdiri
Usia 9-12 bulan:
Mengulang-ulang kata, menyebut mama, papa, kakak, belajar memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelinding bola, latihan berdiri, jalan berpegangan.
Usia 12-16 bulan:
Latihan corat-coret pensil warna, susun balok, puzzle, bermain dengan boneka, jalan mundur, panjat tangga, tendang bola, lepas celana.
Usia 18-24 bulan:
Tunjuk bagian tubuh, sebut nama binatang atau benda, ajak bicara kegiatan sehari-hari, latihan gambar garis, cuci tangan, melompat, pakai baju dan celana sendiri.
Usia 2-3 tahun:
Menyebut kata sifat, menghitung benda, sikat gigi sendiri, masak-masakan, berdiri satu kaki, buang air kecil atau besar sendiri
Usia 3 tahun ke atas:
Persiapan sekolah, memegang pensil dengan baik, berhitung sederhana, mandiri, berbagi dengan teman
Pastikan anak mendapatkan semua rangsangan itu kalau ingin cerdas. Satu lagi, kalau anak perempuan coba ajarkan balet karena kegiatan sangat bagus dalam menggabungkan semua stimulasi, baik visual, audio, kinestetik dan motorik.
Dari Berbagai Sumber.
Tapi yang harus diwaspadai orang tua adalah ketika anak masuk masa remaja karena ketika remaja terjadi peningkatan hormon-hormon yang akan mempengaruhi sistem sarafnya. Jika remaja tidak bisa mengatasi perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, maka ia bisa mengalami gangguan saraf dan otak.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan 1,8 persen dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, terutama membaca. Sebanyak 20 persennya disebutkan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat. Oleh karena itu, untuk menghindari gangguan fungsi saraf dan mencerdaskan anak, harus diberi rangsangan sejak dini yang disesuaikan dengan umurnya.imuasi
Tips menstimulasi kemampuan otak anak di setiap tahap tumbuh kembangnya.
Usia 0-3 bulan:
1. Berikan rasa aman dengan pelukan, menggendong, menatap, mengajak tersenyum
2. Stimulasi pendengaran dengan membunyikan suara
3. Stimulasi penglihatan dengan menggerakkan benda berwarna mencolok
4. Stimulasi gerakan motorik dengan menggulingkan badan bayi ke kanan dan kiri, tengkurap, telentang.
Usia 3-6 bulan:
Bermain cilukba, ajarkan melihat wajah bayi di cermin, dirangsang duduk
Usia 6-9 bulan:
Ajarkan panggil nama, salaman, tepuk tangan, baca dongeng, rangsang berdiri
Usia 9-12 bulan:
Mengulang-ulang kata, menyebut mama, papa, kakak, belajar memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelinding bola, latihan berdiri, jalan berpegangan.
Usia 12-16 bulan:
Latihan corat-coret pensil warna, susun balok, puzzle, bermain dengan boneka, jalan mundur, panjat tangga, tendang bola, lepas celana.
Usia 18-24 bulan:
Tunjuk bagian tubuh, sebut nama binatang atau benda, ajak bicara kegiatan sehari-hari, latihan gambar garis, cuci tangan, melompat, pakai baju dan celana sendiri.
Usia 2-3 tahun:
Menyebut kata sifat, menghitung benda, sikat gigi sendiri, masak-masakan, berdiri satu kaki, buang air kecil atau besar sendiri
Usia 3 tahun ke atas:
Persiapan sekolah, memegang pensil dengan baik, berhitung sederhana, mandiri, berbagi dengan teman
Pastikan anak mendapatkan semua rangsangan itu kalau ingin cerdas. Satu lagi, kalau anak perempuan coba ajarkan balet karena kegiatan sangat bagus dalam menggabungkan semua stimulasi, baik visual, audio, kinestetik dan motorik.
Dari Berbagai Sumber.
Aku rasa tips diatas sudah umum dilakukan oleh para orang tua sekarang, bahkan ada beberapa yang sudah menjadi kebiasaan, seperti main cilukba, main bola, dll. Yang jadi masalah sekarang saya kira adalah apakah sekolah juga paham dengan tahap2 perkembangan anak tersebut? Ya, seharusnya. Tetapi faktanya TIDAK. Buktinya?
1. jadwal pelajaran yang hanya fokus pada target belajar, mengesampingkan tahap2 perkembangan anak tadi. Ini berlanjut sampai jenjang remaja. Itu kenapa sekarang banyak anak yang kurang tidur.
2. Tadi saya menyinggung masalah target belajar. Sebenarnya apa sih patokan dari target belajar yang disusun pemerintah? Kalau mereka bekerja giat, kenapa MUTU PENDIDIKAN INDONESIA BEGITU@ SAJA? APA KERJA MEREKA?
3. Metode pembelajaran yang PAYAH! Contoh kecil, saya perintahkan anda "JANGAN PIKIRKAN BUAYA !" Lalu apa yang anda pikirkan?
YA...BUAYA....!!!
Itu contoh peringatan yang sering digunakan oleh orang tua dan guru2 disekolah :
- jangan berlari !
- jangan main api !
- jangan bolos !
- jangan nakal !
- jangan ...
faktanya anak2 malah melakukan apa yang dijangankan.
4. Pembelajaran materi disekolah tidak aplikatif. Jadi anak tidak tahu makna dari apa yang sedang dipelajari. Contoh, buat apa belajar aljabar? Apakah kita menggunakan aljabar setiap hari?
5. Udah ah, nanti dikira gimana lagi saya.
Bagi yang ingin share tentang pendidikan kunjungi blog saya di sumber belajar dan blogger tutorial.
Oya saya lupa, bagi anda yang suka dengan dunia pendidikan, silahkan berkunjung ke blog saya. Saya mengundang anda yang ingin bertukar link dengan saya.